Sunday, January 14, 2007

PUZZLE OF LIFE

Suatu sore, Zahra sedang duduk bersama ayahnya di ruang keluarga. Keduanya
sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Zahra, gadis kecil berumur 5 tahun
itu sedang bermain dengan buku gambarnya. Sedang sang ayah, tampak tekun
membaca majalah.

Sesaat kemudian, Zahra mendekati ayahnya. Ia lalu bertanya, "Ayah, ini
gambar apa? Belum selesai ayahnya menjawab, Zahra kembali bertanya, "Kok,
hewan ini ada buntutnya? Sang Ayah, dengan sabar menjelaskan semuanya.
Disisihkannya majalah di tangannya dan dipeluknya Zahra.

Beberapa lama berselang, Ayah lalu berkata, "Baik, kalau sudah selesai, ayo
teruskan saja sendiri ya, sayang. Ayah sibuk. Zahra pun kembali ke
tempatnya semula.

Namun, belum lima menit usai, Zahra kembali datang dan bertanya banyak hal.
Dia mengoceh tentang hewan, hingga hal-hal yang diluar khayalan. Ayah pun
mulai tampak segan dengan semua pertanyaan itu. Sebab, ia ingin sekali
menyelesaikan bacaannya. "Ah, kalau saja aku bisa menyibukkan anak ini
dengan pekerjaan lain, " gumam Ayah," tentu, ia tak akan membuatku repot.
Begitu pikirnya dalam hati.

Aha, Ayah pun menemukan ide. Diambilnya gambar rumah dari sebuah majalah
lama. Dan diguntingnya gambar itu menjadi beberapa bagian. Ia ingin membuat
puzzle!. Tentu, anak umur 5 tahun, akan sulit sekali menyusun puzzle yang
bergambar rumah. Ia lalu berkata pada Zahra yang sejak tadi
memperhatikannya.

" Zahra, sekarang Ayah punya permainan. Ayo, coba susun kembali kertas ini
jadi gambar rumah. Nanti, kalau sudah selesai, baru kamu boleh kembali ke
sini. (--Hmm..tenanglah aku sekarang. Aku akan bisa menyelesaikan bacaanku,
dan ia pasti akan sibuk sekali dengan pekerjaan ini, begitu gumam ayah.--)

Tiba-tiba. "Aku sudah selesai!" Belum 5 menit berlalu, kini, Zahra sudah
kembali dengan susunan gambar rumah itu. Ayah pun bingung, bagaimana bisa
ia menyelesaikan tugas yang sulit itu? Ayah lalu bertanya, "Bagaimana
caranya kamu menyusun gambar rumah ini? Pasti kamu minta tolong Bunda deh."

Mata bulat gadis itu berbinar, "Nggak kok. Aku membuatnya sendiri. Sebab,
dibalik gambar ini, ada gambar boneka kesukaanku. Jadi, aku menyusun gambar
itu saja. Ini, gambar bonekaku, aku senang sekali dengannya.

Sang Ayah pun terdiam. Ia kalah, dan harus siap kembali menerima semua
ocehan gadis kecilnya ini.

***

Teman, seringkali, kita menganggap anak-anak dengan naif. Kita kerap
meremehkan pola pikir yang mereka miliki. Kita, yang sok dewasa, sering
berpendapat, anak kecil, bukanlah guru yang terbaik buat kehidupan. Mereka
semua hanyalah penganggu, dan sesuatu yang selalu mengusik setiap
ketenangan.

Namun sayang, kita kerap salah. Dan Zahra, bisa jadi membuktikannya. Kita,
seringkali menganggap dunia ini sebagai sesuatu yang sulit. Dunia, dalam
pikiran kita, adalah potongan gambar-gambar yang tak runut.
Potongan-potongan itu pulalah yang kita susun dengan perasaan takut. Dunia,
bagi kita, adalah tempat segala masalah bersatu. Dan kita merangkainya
dengan hati penuh pilu.

Dengan kata lain, dunia, bagi kita, adalah layaknya benang kusut, yang
penuh dengan keruwetan, ketakteraturan, dan kesumpekan. Dunia, bagi kita
yang mengaku dewasa, adalah amarah, angkara, dengki, dan dendam, iri dan
maki serta tangis dan nestapa.

Padahal, kalau kita mau menjenguk sisi lain dunia, ada banyak keindahan
yang hadir disana. Ada banyak kenyamanan dan kesenangan yang mampu
diwujudkannya. Ya, asalkan kita mau menjenguknya, melihat dengan lebih
tekun dan jeli. Mencermati setiap bagian dari dunia yang kita sukai.

Jalin-jemalin kenyamanan yang dapat dirangkai dalam dunia, adalah sesuatu
yang indah. Disana akan kita temukan kesejukan, ketenangan, kesunyian,
keteraturan, keterpaduan dan segalanya, asalkan kita mau menjenguknya.

Jadi, mana potongan gambar dunia mana yang akan Anda susun? Dunia yang
penuh angkara, atau dunia yang penuh cinta? Dunia yang penuh duri, atau
dunia yang penuh peduli? Anda sendirilah yang akan menyusun
potongan-potongan gambar itu. Susunan yang Anda pilih, akan membentuk
kehidupan Anda.



kiriman email dari seorang teman.

No comments: