Monday, December 18, 2006

Ketika Tidak Cocok Lagi

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai
sifatnya
yang alami dan saya menyukai perasaan yang hangat
yang
muncul ketika saya bersender di bahunya yang
bidang. Tiga
tahun dalam masa kenalan dan bercumbu, sampai
sekarang, dua
tahun dalam masa pernikahan, saya harus mengakui,
bahwa
saya mulai merasa lelah dengan semua ini, alasan-2
saya
mencintainya pada waktu dulu, telah berubah menjadi
sesuatu yang melelahkan. Saya seorang wanita yang
sentimentil dan benar-2 sensitif dan berperasaan
halus,
saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang
anak
kecil yang menginginkan permen. Dan suami saya
bertolak
belakang dari saya, rasa sensitifnya kurang, dan
etidakmampuannya untuk menciptakan suasana yang
romantis
di dalam pernikahan kami telah mematahkan harapan
saya
tentang cinta.

Suatu hari, akhirnya saya memutuskan untuk
mengatakan
keputusan saya kepadanya, yaitu saya menginginkan
perceraian. "Mengapa?", dia bertanya dengan
terkejut.
"Saya lelah, terlalu banyak alasan yang ada di dunia
ini",
jawab saya. Dia terdiam dan termenung sepanjang
malam
dengan rokok yang tidak putus-putusnya. Kekecewaan
saya
semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak
dapat
mengekspresikan perasaannya, apalagi yang saya bisa
harapkan
darinya? Dan akhirnya dia bertanya, " Apa yang dapat
saya
lakukan untuk merubah pikiranmu?"
Seseorang berkata, mengubah kepribadian orang lain
angatlah sulit dan itu benar, saya pikir, saya mulai
kehilangan kepercayaan bahwa saya bisa mengubah
pribadinya.

Saya menatap dalam-dalam matanya dan menjawab dengan
pelan,
" Saya punya pertanyaan untukmu, jika kamu dapat
menemukan
jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah
pikiran
saya. Seandainya katakanlah saya menyukai setangkai
bunga
yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika
kamu
memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu
akan
melakukannya untuk saya?" Dia berkata, " Saya akan
memberikan jawabannya besok."Hati saya langsung
gundah
mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada
dirumah, dan saya melihat selembar kertas dengan
coret-2an
tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu
hangat yang
bertuliskan?

"Sayang, Saya tidak akan mengambil bunga itu
untukmu,
tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."
Kalimat
pertama ini menghancurkan hati saya. Saya
melanjutkan untuk
membacanya kembali....
"Kamu hanya bisa mengetik di komputer dan selalu
mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis
di
depan monitor, lalu saya harus memberikan jari-2
saya untuk
memperbaiki programnya."
"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu
keluar
rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya
bisa
masuk mendobrak rumah , membukakan pintu
untukmu.""Kamu
suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di
tempat-2
baru yang kamu kunjungi, saya harus memberikan mata
saya
untuk mengarahkanmu."
"Kamu selalu pegal-2 pada waktu "tamu kamu" datang
setiap
bulannya, saya harus memberikan tangan saya untuk
memijat
kakimu yang pegal."
"Kamu senang diam didalam rumah, dan saya kuatir
kamu akan
jadi "aneh". Lalu saya harus memberikan mulut saya
untuk
menceritakan lelucon-2 dan cerita-2 untuk
menyembuhkan
kebosananmu."
"Kamu selalu menatap komputermu dan itu tidak baik
untuk
kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya
sehingga
ketika nanti kita tua, saya masih dapat menolong
mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Saya
akan
memegang tanganmu, menelusuri pantai, menikmati
sinar
matahari dan pasir yang indah. Menceritakan
warna-warna
bunga kepadamu yang bersinar seperti wajah
cantikmu..."

"Juga sayangku, saya begitu yakin ada banyak orang
yang
mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. Tapi saya
tidak
akan mengambil bunga itu lalu mati..."Air mata saya
jatuh
ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi
kabur dan
saya membaca kembali... "Dan sekarang sayangku, kamu
telah
selesai membaca jawaban saya, jika kamu puas dengan
semua
jawaban ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya
sekarang
sedang berdiri disana dengan susu segar dan roti
kesukaanmu....! " Saya segera membuka pintu dan
melihat
wajahnya yang dulu sangat aku cintai, dia begitu
penasaran sambil tangannya
memegang
susu dan roti. Aku tidak kuat lagi dan langsung
memeluknya
dan rebah dibahunya yang bidang sambil menangis...

Oh, Tuhan, saya percaya, tidak ada orang yang pernah
mencintaiku seperti yang dia lakukan dan saya harus
melupakan "bunga" itu sendiri. Itulah hidup, atau
boleh
dikatakan, CINTA , ketika seseorang dikelilingi
dengan
cinta, kemudian perasaan itu mulai berangsur-angsur
hilang
dan ketika kita mengabaikan cinta sejati yang berada
diantara kedamaian dan kesepian. Cinta menunjukkan
berbagai
macam bentuknya, bahkan dalam bentuk yang sangat
kecil dan
dangkal, atau bahkan tidak punya bentuk. Bisa juga
dalam
bentuk yang tidak ingin kita ketahui. Bunga,
saat-saat
yang romantis hanyalah bentuk awal dari hubungan.
Diatas
semua ini, pilar cinta sejati harus tegak berdiri
dan
itulah kehidupan kita....(.)


author : unknown

No comments: