Monday, December 18, 2006

Kupu-kupu

Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian
telaga. Ia tampak
termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan
air di depannya.
Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun
tak ada satupun
titik
yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai
ada suara yang
menyapanya. Ada orang lain disana.
"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang.
Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau
risaukan..?"
Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua.
Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari
kebahagiaan, namun
tak
juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah
berlari melewati gunung
dan
lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir
dalam diriku. Kemana
kah
aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"


Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan
penuh perhatian. Di
pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai
bicara, "Di depan
sana,
ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari
pertanyaanmu, tangkaplah
seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan.
"Ya...tangkaplah seekor
kupu-
kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang
kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu
arah, taman. Tak
berapa
lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak
dengan pohon dan
bunga-
bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu
yang berterbangan
disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan,
memperhatikan tingkah yang
diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu. Anak muda
itu mulai bergerak.
Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran.
Perlahan. Namun, Hap!
sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah
lain. Ia tak mau
kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia
mulai berlari
tak
beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya
rerumputan dan tanaman
untuk
mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan
perdu di sana.
Gerakannya
semakin liar.

Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu
kupu-kupu yang dapat
ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya
memburu, dadanya
bergerak
naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan,
"Hentikan dulu
anak
muda. Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan
perlahan. Ada
sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi
kanan-kiri kakek itu.
Mereka
terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua
itu.

"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan
menerjang?
Menabrak-
nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang
kau rusak?" Sang
Kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan
itu seperti
menangkap
kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan
menghindar. Semakin kau
buru, semakin pula ia pergi dari dirimu."

"Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena
kebahagiaan itu
bukan
benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat
kau simpan.
Carilah
kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam
kalbumu. Ia tak
akan
lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan
itu sering
datang
sendiri."

Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba,
tampak seekor
kupu-kupu
yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap
kupu-kupu itu,
memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu
mengagumkan,
kelopak
sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan
yang hadir dalam
hati.
Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka
yang mampu
menyelaminya.

***
Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap
kupu-kupu. Sulit, bagi
mereka
yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang
tahu apa yang
mereka
cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang
sana-sini,
menabrak
sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk
mendapatkannya. Kita dapat
saja
mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru
arah. Kita pun
dapat
meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan
yang dapat kita
santap
setelah mendapatkannya.

Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak
bisa di dapat
dengan
cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia
bukanlah sesuatu yang
dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan.
Bahagia adalah udara,
dan
kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar
bahwa bahagia itu
memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya,
semakin pula
kebahagiaan
itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha
meraihnya, semakin pula
kebahagiaan itu akan menjauh.

Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu.
Biarkanlah rasa itu
menetap,
dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu
dalam setiap
langkah
yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam
menjalani hidup
kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan
dalam riuh.
Temukanlah
bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam
ketulusan hati kita.

Saya percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu
ada di sekitar
kita.
Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita,
namun kita tak
pernah
memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu
berterbangan di sekeliling
kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

Author: Unknown

No comments: